Hidup dan Belajar di Filipina
Tahun 2019 adalah tahun yang sangat berarti bagi saya, banyak sekali hal hal yang membuat hidup saya berubah pada tahun 2019. Salah satunya adalah ketika saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan program pertukaran pelajar ke Filipina untuk 1 semester. Waktu yang cukup lama untuk saya bisa menceritakan bagaimana rasanya saya tinggal dan hidup sebagai mahasiswa disana.
Semua dimulai dari dibukanya program pertukaran mahasiswa yang diumumkan oleh kampus, nama programnya adalah AIMS (ASEAN International Mobility for Students), program ini rutin diadakan setiap tahun dan langganan negaranya yaitu Thailand dan Malaysia, pada tahun 2019 Filipina menjadi negara baru yang diadakan kampus saya untuk menjadi destinasi pertukaran pelajar.
Pada tahun 2018 saya sudah mulai mendaftar untuk program ini namun gagal dikarenakan persyaratan yang diajukan belum bisa saya penuhi. Pada tahun 2019 saya mencobanya lagi dan saya lolos untuk diberangkatkan ke Filipina di kampus University of The Philippine Diliman selama satu semester.
Hal yang sangat menyenangkan dan mendebarkan bagi saya karena bisa mendapat kesempatan ini, ekspektasi awal saya akan sangat seru dan banyak sekali hal yang ingin saya lakukan ketika sudah memulai program ini dan sampai disana. Namun seperti orang banyak bilang, terkadang ekspektasi berbanding terbalik dengan kenyataan.
Pada blog saya kali ini saya akan menceritakan bagaimana pengalaman saya selama hidup dan belajar disana, semoga tulisan saya dapat bermanfaat.
Tanggal 28 Juli 2019, saya berangkat menuju Filipina dan sampai disana pada pagi hari dari Singapore, sesampainya disana, kesan pertama saya adalah bagaimana suasana disana yang sangat berbeda dengan di Indonesia, agak sedikit dark boleh saya bilang, saya tidak tahu kenapa tapi saya merasakan hal tersebut ketika sampai. Hari itu saya harus menginap di hotel selama sehari dikarenakan asrama kampus yang belum siap ketika saya tiba. Malam pertama saya habiskan dengan beradaptasi dengan lingkungan disana, saya mulai mencari makan dan SIM untuk internet. Agak bingung bagi saya saat memilih makanan untuk pertama kali karena masih sangat asing bagi saya.
Apa yang saya rasakan malam itu adalah tidak begitu baik, saya perlu beradaptasi dengan lingkungan baru yang cukup asing bagi saya dari mulai jalanan, makanan, dan bahasa yang orang orang ucapkan.
Kesan awal saya saat menyusuri malam hari pada hari pertama saya adalah kaget, bagaimana tidak saya melihat begitu banyak kecoa yang ada di jalanan. Hal yang wajar mengingat cukup banyak anjing liar yang berkeliaran di jalanan Filipina dan cukup seringnya mereka buang kotoran dengan sembarangan.
Namun karena hari itu adalah hari pertama saya jadi saya pun berpikir bahwa ini hanya sekedar ketidakberuntungan saya saja yang harus lihat hal ini di hari pertama haha.
Esok harinya saya pun menuju kampus saya yang akan menjadi tempat saya hidup selama 1 semester. Kebetulan asrama yang akan saya tinggali berada di dalam area kampus, selain menjadikan saya mengenal lingkungan kampus, hal tersebut cukup menyelamatkan uang jajan saya karena asrama kampus yang biaya sewanya murah hehe.
Kesan pertama masuk ke University of The Philippines adalah wah, saya begitu kagum dengan luasnya area kampus tersebut, bahkan pintu masuknya sangat luas dan mengagumkan, cukup menjadi alasan kenapa beberapa orang di pintu imigrasi menyebut saya beruntung karena diterima pertukaran pelajar di kampus ini setelah melihat dokumen saya. Mereka bilang bahwa kampus ini adalah salah satu yang terbaik di Filipina.
Sampai di asrama saya langsung mengurus apa yang harus diurus untuk saya dapat segera menuju kamar saya untuk tinggal. Kamar saya berisikan 3 orang, saya bersama 2 orang Jepang yang membuat saya shock culture dengan kebiasaan suka telanjang setelah mandi mereka. Cukup aneh ketika bangun tidur melihat ada titit di depan mata saya.
Mereka adalah Hiroki dan Godai. Hiroki suka sepak bola yang mana menjadikan kami cocok dan Godai suka kemewahan yang mana menjadikan kami kurang cocok.
Asrama tidak dilengkapi dengan barang barang atau kosongan. Jadi saya harus mencari sendiri barang barang yang saya perlukan di kamar. Setelah bertanya tanya saya akhirnya pergi ke SM North. Mall terbesar di Filipina, SM North hampir ada di setiap kota di Filipina.
Saya menggunakan transportasi bernama Jeepney untuk menuju kesana, semacam angkot khas Filipina. Hari itu menjadi hari dimana saya banyak mencoba hal baru. Cukup besar rasa takut yang saya rasakan hari itu. Takut tidak bisa pulang, takut di copet, takut di nodai.
Jeepney sangat mirip dengan angkot, hanya saja saya rasa polusi udaranya lebih banyak karena pada dasarnya Jeepney adalah kendaraan perang jaman dahulu yang di modif untuk transportasi.
Pengalaman belanja pertama di Filipina sangat mirip dengan di Indonesia. Di Filipina kita juga tetap bayar apa yang kita beli. Harganya juga tidak jauh beda, tapi Indomie lebih mahal, dan tidak ada Indomie rebus. Cukup menyedihkan untuk saya yang suka kehangatan.
Adaptasi mulai terasa sejak hari pertama saya berada disana, banyak hal baru yang saya dapatkan, teman, makanan, kebiasaan, dll.
Makanan di Filipina adalah sebuah tantangan bagi saya, bukan hanya karena banyaknya makanan yang mengandung babi yang membuat keimanan saya sebagai muslim sejati diuji namun juga makanan yang tidak sesuai dengan yang saya bayangkan rasanya.
Saya banyak menemukan menu yang mirip dengan apa yang sering saya jumpai di Indonesia seperti cumi hitam, ikan goreng, dll namun rasanya berbeda dengan yang saya kenal, cukup membuat lidah saya kaget dan sedih. Namun saya juga punya beberapa makanan kesukaan di Filipina seperti Chicken Adobo (Ayam Bakar), Pancit Canton (Mie Instan), dan Bihon (Bihun). Sesekali saya rasa saya makan makanan yang mengandung babi, namun karena keyakinan saya yang kuat saya yakin itu bukan babi, tapi semoga Allah mengampuni jika saya tidak sengaja makan babi.
Saya mengambil jurusan Visual Communication di Faculty of Fine Arts disana. Pada dasarnya jurusan ini adalah Desain Komunikasi Visual jika di Indonesia, mata kuliahnya pun banyak yang sama.
Perbedaan yang saya rasakan disini adalah bagaimana perkuliahan yang sangat padat materinya, membuat saya benar benar belajar, dosen yang bagus dan banyak pengalaman dibidangnya, dan bagaimana materi yang diberikan benar benar menambah ilmu saya. Namun satu hal cukup mengagetkan saya dan membuat saya berpikir bahwa Indonesia lebih baik adalah ruangan kelasnya yang kurang baik.
Namun terlepas dari situ saya sangat suka dengan sistem kampus ini yang begitu rapi dan banyak hal yang membuat saya kagum seperti adanya lembaga yang mengurusi kesehatan mental, korban bullying, korban pelecehan seksual, dll. Sangat membuat saya kagum bagaimana mereka terbuka dengan hal itu. Sangat perlu ada di Indonesia.
Filipina adalah negara liberal, hal ini dikarenakan mereka adalah bekas jajahan Amerika.
Unsur Amerika sangat terasa dalam berbagai hal seperti olahraga terpopuler di sana adalah basketball, sistem pendidikan yang membebaskan muridnya berekspresi, dan juga kebebasan ekspresi yang mereka terapkan dalam tiap individu disana. Cukup mengejutkan bagi saya yang melihat bagaimana Filipina yang sangat religius dengan agama kristen nya namun mampu berdampingan dengan hal liberal seperti LGBT dan bermacam kebebasan berekspresi yang ada disana. Cukup membuat saya tertarik untuk mengetahui lingkungan Filipina lebih dalam.
Lingkungan kampus di sana juga hal baru bagi saya, baru kali ini saya bisa bebas menggunakan apapun ke kelas, bahkan saya pernah sekali memakai celana kolor dan tidak ada masalah dengan itu haha.
Kehidupan di Filipina adalah hitam putih bagi saya, terkadang saya merasa sangat senang namun juga tak jarang saya merasa ingin pulang saja makan ketoprak di depan Teknopark dekat UNS. Hal yang membuat saya senang adalah bagaimana teman-teman disana yang begitu membuat saya tak ingin pulang, pengalaman baru yang begitu banyak, dan juga tempat baru yang saya kunjungi. Hal yang membuat saya tidak betah adalah makanan Indonesia yang saya rindukan. Filipina menjadi titik sadar saya bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan makanan Indonesia, apalagi ketoprak dan nasi goreng, mie ayam juga.
Dari dulu juga saya sangat ingin merasakan berada di luar negeri dalam waktu yang lama namun setelah hal itu saya benar benar lakukan ternyata banyak sekali hal yang membuat hal tersebut begitu berat bagi saya terutama makanan. Namun pengalaman tinggal selama 1 semester membuat saya menjadi pribadi yang lebih menghargai perbedaan, menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan saya.
Filipina mengajarkan saya bagaimana menjadi minoritas, bagaimana saya sangat susah mencari masjid, bahkan di kampus sekalipun tak ada masjid, jika waktunya shalat Jum'at saya harus shalat di sebuah ruangan yang disediakan kampus yang bisa dibilang adalah ruangan kelas dan jarak nya cukup jauh dari asrama saya tinggal.
Filipina juga mengajarkan saya apa arti menghargai pendapat orang lain yang berbeda, bagaimana saya melihatnya banyaknya transgender, gay, lesbian, dll di dalam kampus. Saya jadi tau apa yang saya tidak tahu sebelumnya dan saya harus cukup besar untuk menghargai hal tersebut. Sungguh pengalaman yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Kehidupan di Filipina semakin membaik dan semakin membuat saya beradaptasi dengan semakin lamanya saya tinggal disana, teman kamar pun silih berganti, hal ini wajar karena beberapa mahasiswa internasional menganggap dorm yang kami tinggali kurang nyaman untuk ditinggali terlebih karena tidak adanya AC disana dan harus menggunakan kipas angin setiap harinya. Hal yang biasa saja bagi saya mengingat cuaca di Indonesia tidak jauh beda dengan Filipina, malah kalau saya bisa bilang Indonesia lebih mantap panasnya.
Hal yang membuat mereka tidak betah juga diharuskannya kita tinggal bersama 2 teman lainnya di dalam satu kamar, hal yang biasa juga menurut saya, malah menjadi keuntungan buat saya agar bisa lebih mengenal teman teman saya yang lain.
Akhirnya saya pun harus sekamar dengan orang Korea dan Jepang, Shin Inho dan Ryo.
Dua sahabat saya disana, kemana mana kita sering bersama, karaoke, minum beer, bahkan tak jarang kita saling curhat satu sama lain perihal percintaan haha. Shin Inho cukup asik diajak ngobrol soal asmara, saya jadi belajar bagaimana cowo cowo korea memang pria idaman bagi semua wanita.
Satu semester adalah waktu yang cepat, tak terasa ternyata 5 bulan saya sudah disana dan belajar hal baru, dari mulai belajar ilustrasi, animasi, bahkan sampai budaya Jepang dan bahasa Tagalog.
Jika boleh saya katakan, saya cukup merindukan Filipina dengan segala macam keunikannya, saya mungkin akan kembali mengunjungi negara tersebut dalam 5/10 tahun kedepan untuk melihat kembali bagaimana negara itu nanti.
Banyak hal yang ingin saya ceritakan namun saya lupa karena sudah terlalu lama haha.
Semoga cerita saya bermanfaat atau bahkan menginspirasi.
Terima kasih. Salamat po.
Komentar
Posting Komentar